Senin, 21 Juli 2008

Karya: Luna Torashingu


Lovasket

Kembali ke Buku
Terbit : 19 Juni 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 312 halaman
Harga : Rp. 33.000, -
Cetakan Ke-3

Hidup Vira hancur ketika ayahnya dituduh melakukan korupsi dan harus dipenjara. Mendadak Vira kehilangan harta benda, kedudukannya sebagai ketua geng The Roses, teman-teman, pacar, bahkan dia dikeluarkan dari sekolahnya, SMA Altavia, SMA paling elite di Bandung. Akibatnya Vira jadi mogok hidup, juga mogok main basket yang sebetulnya merupakan “hidupnya”. Dia merasa tidak ada gunanya punya teman lagi, karena terbukti teman-teman hanya mendampinginya saat dia berada pada puncak hidupnya.

Niken adalah Ketua OSIS SMA 31, SMA kecil di pinggiran Bandung. SMA 31 memutuskan akan memangkas anggaran ekskul sehingga ekskul-ekskul yang tidak berprestasi akan dihapuskan. Ini jadi tugas besar bagi Niken: dia harus menyeleksi ekskul mana yang akan dipertahankan dan mana yang harus dihapus. Di antara dilema besar ini, Niken melihat salah satu cara untuk menyelamatkan ekskul basket. Mungkin kalau dia bisa membujuk murid baru itu untuk bergabung dengan ekskul basket, ekskul ini bisa selamat. Selain itu, mungkin Niken juga bisa membuat murid baru yang kelihatan depresi itu lebih ceria. Mungkin Niken bisa membuat Vira tersenyum lagi....


Soundtrack :
- Friend ofr Foe (tATu)
- The Winner Takes It All (ABBA)
- Shoulder To Cry On (Tommy Page)

Senin, 07 Juli 2008

WIRANTI RATNA SIWI / 1075111079/ TUGAS APTI 3

Posko Hijau_Green Phoskko:
Solusi Sampah Kota Tanpa TPA

Bandung tanpa TPA akan jadi apa ? Kata koran akan jadi " Bandung Lautan Sampah"?? Kita membayangkan mungkin akan banyak sampah di sungai seperti gambar sungai di Tanggul daerah Margahayu ( gambar 1). Ternyata, mekanisme sosial yang ada telah mengurangi kecemasan kita semua. Pemulung mengumpulkan barang " berharga" dari sungai tersebut maka jumlah sampah di sungai setidaknya berkurang dengan sisa berupa sampah organik (gambar 2).

Beberapa pihakyang peduli kini memasyarakatkan Komposter Green Phoskko- Posko Hijau istilahnya. Beberapa unit, idealnya 14 unit per Instalasi, dijadikan media pengolah sampah organik menjadi kompos dengan bahan aktivator dan mineral. Di Cibiru kini telah berdiri sebuah instalasi pengolahan sampah organik yang menghimpun 2 RT atau sekitar 80 - 100 rumah ( gambar 3 dan 4)

Lain cerita Imam di Cibiru, di Margahayu ketua dan sekretaris RW yang dibina Green Phoskko mengolah sampah di level rumah tangga: " dengan sampah bahannya sebagian diambil dari tetangga sekitar saja" ujarnya. Kini Pak Eman, Sekretaris RW tersebut telah menghasilkan kompos- yang kemudian di pakai memupuk tanaman nangka, bunga dan tanaman penghasil kebutuhan dapurnya seperti cabai dan sayuran ( gambar 6, 7 dan 8).


Maka kini jadilah sampah menjadi kompos berharga ( gambar 5) memberikan anugerah. Nangkanya jadi besar-besar dan komposnya pun memang baik serta bisa dijual. Standar kompos seperti itu layak dijual dengan harga setara Rp 1000,-/kg kalau dikemas dalam tampilan yang baik. Maka PT Sinar Kencana- perusahaan prinsipal pemilik merk Green Phoskko memberikan bantuan berupa kemasan ber merk dengan legalitas kompos yang telah layak diedarkan ataupun membeli kembali kompos tersebut dengan harga beli seharga tertentu ( gambar 5)


Berbagai titik Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) kini telah tumbuh. Di kota bandung, Cimahi saja sudah berdiri 22 lokasi dengan kemampuan pengolahan rata-rata 1,5 m3/ hari/lokasi atau baru setara 33 m3 / hari. Sementara itu menurut catatan Sekreatariat GDPSK ( Gerakan darurat Penanganan Sampah Kota)- diluar tersebut terdapat para individu dengan motivasi hobby maupun percobaan di lebih dari 565 perorangan.
Nampaknya, setelah berusaha dengan berbagai cara, GDPSK- yang dimotori Appkmi- Askindo- Forum RW dan HKTI Kota Bandung mulai membuahkan hasil. Setidaknya bermanfaat memberikan pencerahan bagi warga di lingkungan Bandung Raya- yang kini "tidak memiliki TPA".
Kini, di wilayah Margahayu RW 22 kel Sekejati telah berdiri 14 titik Unit Komposter Green Phoskko walaupun tanpa motiv ekonomi. Sampah warga diolah tanpa orientasi dijual, namun kemudian berubah menjadi penampilan rumah dan halaman yang rimbun, sejuk dan banyak tumbuhan tanaman obat. " Warga yang perlu tanaman obat....ada mahkota dewa, jahe, temulawak...........tinggal petik saja di halaman gedung serba guna RW Sekejati tersebut...." ujar ketua RW 22.
Posko Hijau_Green Phoskko: Solusi Sampah Kota Kurangi Beban TPA






Sumber: http://www.sampah.biz/2006_01_20_archive.html